Minggu, 15 Mei 2011

Sekolah Unggul


Oleh Irwan Safari
Guru SMPN 10 Bengkalis
Mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan
Universitas Riau

Pendidikan adalah aset bangsa yang tidak ternilai harganya dalam kelangsungan pembangunan yang berkesinambungan menuju masyarakat yang madani. Sehingga kemajuan suatu bangsa konon dapat diukur dari kemajuan pendidikan yang ada pada bangsa tersebut. Karena melalui aspek inilah generasi penerus yang berkualitas (Sumber Daya Manusia) dibentuk sebagai pemegang estafet pembangunan dan penentu arah bangsa kearah yang lebih baik.
            Namun dalam perkembangannya dunia pendidikan kita masih menampakkan berbagai gejala yang kurang baik sebagaimana yang diharapkan. Beberapa diantaranya adalah tentang pelaksanaan UjianNasional (UN). Masih tersiar kabar tentang UN yang tidak bersih dan jujur. Diberbagai daerah ditemukan kebocoran-kebocoran soal UN dengan melibatkan oknum-oknum tertentu, bahkan tidak tertutup kemungkinan keterlibatan para guru dengan segala bentuk kecurangan dalam mengejar target kelulusan. Dan masalah yang kedua adalah tentang pemahaman terhadap sekolah unggul atau biasa dikenal dengan istilah sekolah favorit.
            Pemahaman terhadap sekolah unggul yang menjadi fokus pembahasan tulisan ini adalah sebagaimana kita melihat dan bahkan mungkin mengalami sendiri begitu besarnya antusiasme masyarakat untuk mengantarkan anak-anak mereka kesekolah- sekolah yang berlabel unggul seperti SBI, RSBI atau sekolah favorit lainnya. Persaingan yang sangat ketat sepertinya menjadi keasyikan tersendiri dalam memilih sekolah tempat generasi bangsa ini dididik. Tingginya biaya yang harus dikeluarkan tidak menjadi masalah, asalkan anaknya dapat bersekolah di sekolah unggul.
            Pada dasarnya indikator sebuah sekolah ditentukan oleh tiga aspek yaitu Input, Process, dan Output. Dengan kata lain dalam memilih sekolah ketiga aspek tersebut mesti menjadi acuan dalam mengambil keputusan. Terlebih lagi pada aspek Process, ini harus benar-benar secara bijak dilihat. Sebab proses pembelajaran yang dilakukan sangat dominan terhadap kualitas Output nya.
            Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Munif Chatib (Penulis buku Sekolahnya Manusia) berkerjasama dengan Tom J. Parkins (Mahasiswa Doktoral Harvard University) pada tahun 2001 diuraikan sebuah temuan yang memprihatinkan tentang keberadaan sekolah unggul di Indonesia. Menurut Parkins 99% sekolah di Indonesia menganut BEST INPUT, yakni sekolah yang menitik beratkan pada penerimaan siswa baru dengan kriteria penyaringan terhadap kemampuan kognitif siswanya. Sekolah yang seperti ini pada umumnya diakui sebagai sekolah unggul atau favorit. Ciri-ciri sekolah yang menganut konsep ”BEST INPUT” adalah sebagai berikut:
·         Menerapkan tes masuk kepada siswa-siswa yang akan mendaftar ke sekolah tersebut. Tes masuk ini bahkan menilai kemampuan akademik siswa dan moral siswa. Diharapkan siswa yang diterima adalah siswa- siswa yang mempunyai nilai akademik positif (baca: pandai) dan moral positif (baca: baik, tidak nakal).
·         Apabila jumlah siswa yang mendaftar melebihi jumlah kapasitas sekolah, maka siswa yang berhasil diterima adalah hasil sortir dari nilai tes masuk yang tertinggi sampai sebatas jumlah kapasitas yang tersedia. Sedangkan siswa-siswa yang nilainya tidak masuk atau lebih dari kapasitas sekolah tersebut maka dianggap tidak berhasil diterima di sekolah tersebut.
·         Biasanya sekolah tersebut tidak lagi menganggap perlu tahap proses pembelajaran. Terutama para guru sudah merasa cukup mengajar biasa-biasa saja sebab kebanyakan siswanya pandai-pandai. Biasanya sekolah tersebut mempunyai guru-guru yang cara mengajarnya konservatif dan tidak kreatif. Keberhasilan sekolah tersebut pada output lebih disebabkan keunggulan dan minat siswa dan keluarganya untuk dapat berhasil lulus. Sedangkan peranan guru dalam keberhasilan siswanya relatif kecil.
Kemudian 1% adalah sekolah dengan kategori BEST PROCESS, yakni sekolah yang yang tidak menitik beratkan kepada prestasi kognitif siswa baru melainkan perhatian yaang baik terhadap proses pemebelajarannya. Beberapa ciri sekolah berkategori Best Process antara lain:
Ø  Sekolah ini tidak menerapkan tes masuk pada siswa barunya. Biasanya sekolah ini menggunakan sebuah perangkat riset untuk mengetahuai kondisi kemampuan siswa yang masuk ke sekolah tersebut. Perangkat ini dikenal dengan Multiple Intelligence Research (MIR) yang mampu mengetahui banyak dimensi kondisi kemampuan dan kekurangan siswa terutama tentang bagaimana gaya belajar siswa.
Ø  Sekolah dan guru pada sekolah ini akan mendapatkan sebuah kenyataan tentang kemampuan akademik dan moral siswa-siswa barunya sangat beragam. Sehingga hal ini merupakan tantangan bagi guru untuk mengubah menjadi ke arah positif. Akhirnya guru-guru di sekolah ini dituntut menjadi ”agen perubah” . Mengubah kondisi akademik dan moral siswa yang negatif menjadi positif. Dan tentunya guru-guru disekolah ini memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam proses pembelajarannya.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa sangat sedikit sekali (1%) sekolah yang memperhatikan proses, selebihnya 99% sekolah bertumpu pada kualitas kognitif siswa barunya. Sehingga paradigma tentang sekolah unggul harus segera dibenahi oleh semua pihak baik itu pemerintah, masyarakat, dan sekolah itu sendiri. Semoga***