Rabu, 21 Januari 2015

Aku Kembali

Sudah lama sekali blog ini tidak kubuka dan melakukan postingan. Alhamdulillah malam ini atas izin Allah aku dapat kembali bermanjaan dengan keyboard dan menggoreskan laman blog ini.

Selasa, 25 September 2012

Mengelola Majalah Dinding Sekolah

Sekolah merupakan instansi yang berperan penting dalam mengembangkan dan menumbuhkan kreatifitas siswa. Untuk itu segala aktivitas dan kegiatan yang berlangsung disekolah sedapat mungkin mengarah kepada pembangunan kreatifitas tersebut. Salah satunya adalah dengan mengelola Majalah Dinding (Mading) di sekolah.
Mading merupakan sarana berkembangnya kreatifitas peserta didik di sekolah. meskipun secara umum mading itu sama fungsi dengan media lain baik itu media cetak mapun elektronik. Namun mading memiliki fungsi tersendiri khususnya bagi kreatifitas peserta didik.
Peserta didik memerlukan wadah untuk meluapkan energi mereka untuk berkreasi. Mading merupakan wadah yang tepat untuk itu. Melalui kegiatan pengelolaan mading di sekolah, nilai karakter yang dituntut juga dapat secara tidak langsung akan tumbuh dalam diri peserta didik. Selain itu satu hal yang sangat penting juga bahwa mealui mading peserta didik juga dapat dilatih untuk berwira-usaha. 

Sabtu, 15 Oktober 2011

Visi, Misi, Core values dan Core Beliefs

Dalam perncanaan strategis organisasi perumusan visi, misi dan nilai merupakan hal yang pertama harus dilakukan.
Visi adalah pernyataan yang merupakan sarana untuk mengkominikasikan alasan keberadaan organisasi dalam arti tujuan dan tugas pokok, memperlihatkan framework hubungan antara organisasi dengan stakeholder, dan menyatakan sasaran utama knerja organisasi dalam arti pertumbuhan dan perkembangan organisasi.  Visi bukan fakta saat ini akan tetapi pandangan tentang masa depan yang ingin diwujudkan. Visi dapat memberikan arahan dorongan anggota organisasi untuk menunjukkan kinerja yang baik. Visi juga harus dapat menimbulkan inspirasi, menjembatani masa kini dan masa yang akan datang, merupakan gambaran yang realistik dan kredibel dengan masa depan yang menarik dan sifatnya statis dan tidak untuk selamanya.
Misi adalah jalan pilihan (the chosen track) suatu organisasi untuk menyediakan produk/jasa bagi customer-nya. Perumusan misi adalah suatu upaya untuk menentukan peta perjalanan suatu organisasi, sehingga organisasi tersebut memiiki arah yang jelas dalalam mencapai tujuannya. Dengan memiliki misi, organisasi dapat eksis dan bertahan serta dapat melakukakan perkembangan.

Filosofi atau core beliefes adalah keyakinan tentang kebenaran visi dan kebenaran jalan yang dipilih untuk mewujudkan visi. Sedangkan core values adalah nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh organisasi dalam perjalanan mewujudkan visi. Core Values memberikan batasan dalam pemilihan cara-cara yang ditempuh dalam perjalanan mewujudkan visi. Core Values membentuk perilaku yang diharapkan dari anggota organisasi dalam perjalanan mewujudkan visi organisasi.

Hubungan antara Visi, Misi, Core beliefs (Filosofi), dan Core Values.
            Hubungan antara visi, misi, filosofi atau core beliefs, dan core values dapat dideskripsikan melalui bagan berikut:





 

















Sebuah organisasi memerlukan Misi, Visi, Core Values, dan core values untuk memfokuskan semua kegiatan organisasi, sehingga menjadikan organisasi berjalan efektif dengan alasan sebagai berikut:
1.      Terjadinya perubahan atas perubahan.
2.      Adanya kecendrungan orang kembali ke dasar, prinsip, atau ke alam.
3.      Langkah awal penting dalam strategic management.
4.      Pemusatan seluruh Sumber daya Organisasi ke perwujudan kondisi yang digambarkan dalam visi.
5.      Pengefektivan sistem pengendalian manajemen dengan menanamkan unsur pengendalian ke dalam diri personal.

Bagaimana merumuskan Misi?

Misi dirumuskan dengan cara mencari jawaban atas pertanyaan berikut:
1.      Bagaimana asumsi terhadap lingkungan yang akan dilayani oleh organisasi?
2.      Kebutuhan apa yang kita penuhi?
3.      Siapa Customer kita?
4.      Dalam bisnis apa kita berada?
5.      Apa yang terbaik kita lakukan dalam bisnis tersebut?

Bagaimana merumuskan Visi?

Untuk merumuskan visi, diperlukan kemampuan sebagai berikut:
1.      Trend wacthing, adalah kemampuan mengamati trend perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang.
2.      Envisioning, kemampuan merumuskan visi berdasarkan hasil pengamatan terhadap trend perubahan yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Pada dasarnya envisioning merupakan kemampuan menggambarkan perubahan yang akan diwujudkan dimasa yang akan datang.

Bagaimana merumuskan Core Beliefs dan Core Values?

Core beliefs dirumuskan dengan menggali informasi yang memperkuat kebenaran visi yang telah dirumuskan dan kebenaran tentang perjalanan untuk mewujudkann visi tersebut. Sementara itu core values merupakan karakter baik yang terdapat dalam diri setiap manusia. Sehingga perumusan core values dalam suatu organisasi pada dasarnya adalah “rediscovery” nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh anggota organisasi pada umumnya, dan penekanannya untuk memberi warna pada perilaku mereka dalam perjalanan mewujudkan visi.
 


Minggu, 15 Mei 2011

Sekolah Unggul


Oleh Irwan Safari
Guru SMPN 10 Bengkalis
Mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan
Universitas Riau

Pendidikan adalah aset bangsa yang tidak ternilai harganya dalam kelangsungan pembangunan yang berkesinambungan menuju masyarakat yang madani. Sehingga kemajuan suatu bangsa konon dapat diukur dari kemajuan pendidikan yang ada pada bangsa tersebut. Karena melalui aspek inilah generasi penerus yang berkualitas (Sumber Daya Manusia) dibentuk sebagai pemegang estafet pembangunan dan penentu arah bangsa kearah yang lebih baik.
            Namun dalam perkembangannya dunia pendidikan kita masih menampakkan berbagai gejala yang kurang baik sebagaimana yang diharapkan. Beberapa diantaranya adalah tentang pelaksanaan UjianNasional (UN). Masih tersiar kabar tentang UN yang tidak bersih dan jujur. Diberbagai daerah ditemukan kebocoran-kebocoran soal UN dengan melibatkan oknum-oknum tertentu, bahkan tidak tertutup kemungkinan keterlibatan para guru dengan segala bentuk kecurangan dalam mengejar target kelulusan. Dan masalah yang kedua adalah tentang pemahaman terhadap sekolah unggul atau biasa dikenal dengan istilah sekolah favorit.
            Pemahaman terhadap sekolah unggul yang menjadi fokus pembahasan tulisan ini adalah sebagaimana kita melihat dan bahkan mungkin mengalami sendiri begitu besarnya antusiasme masyarakat untuk mengantarkan anak-anak mereka kesekolah- sekolah yang berlabel unggul seperti SBI, RSBI atau sekolah favorit lainnya. Persaingan yang sangat ketat sepertinya menjadi keasyikan tersendiri dalam memilih sekolah tempat generasi bangsa ini dididik. Tingginya biaya yang harus dikeluarkan tidak menjadi masalah, asalkan anaknya dapat bersekolah di sekolah unggul.
            Pada dasarnya indikator sebuah sekolah ditentukan oleh tiga aspek yaitu Input, Process, dan Output. Dengan kata lain dalam memilih sekolah ketiga aspek tersebut mesti menjadi acuan dalam mengambil keputusan. Terlebih lagi pada aspek Process, ini harus benar-benar secara bijak dilihat. Sebab proses pembelajaran yang dilakukan sangat dominan terhadap kualitas Output nya.
            Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Munif Chatib (Penulis buku Sekolahnya Manusia) berkerjasama dengan Tom J. Parkins (Mahasiswa Doktoral Harvard University) pada tahun 2001 diuraikan sebuah temuan yang memprihatinkan tentang keberadaan sekolah unggul di Indonesia. Menurut Parkins 99% sekolah di Indonesia menganut BEST INPUT, yakni sekolah yang menitik beratkan pada penerimaan siswa baru dengan kriteria penyaringan terhadap kemampuan kognitif siswanya. Sekolah yang seperti ini pada umumnya diakui sebagai sekolah unggul atau favorit. Ciri-ciri sekolah yang menganut konsep ”BEST INPUT” adalah sebagai berikut:
·         Menerapkan tes masuk kepada siswa-siswa yang akan mendaftar ke sekolah tersebut. Tes masuk ini bahkan menilai kemampuan akademik siswa dan moral siswa. Diharapkan siswa yang diterima adalah siswa- siswa yang mempunyai nilai akademik positif (baca: pandai) dan moral positif (baca: baik, tidak nakal).
·         Apabila jumlah siswa yang mendaftar melebihi jumlah kapasitas sekolah, maka siswa yang berhasil diterima adalah hasil sortir dari nilai tes masuk yang tertinggi sampai sebatas jumlah kapasitas yang tersedia. Sedangkan siswa-siswa yang nilainya tidak masuk atau lebih dari kapasitas sekolah tersebut maka dianggap tidak berhasil diterima di sekolah tersebut.
·         Biasanya sekolah tersebut tidak lagi menganggap perlu tahap proses pembelajaran. Terutama para guru sudah merasa cukup mengajar biasa-biasa saja sebab kebanyakan siswanya pandai-pandai. Biasanya sekolah tersebut mempunyai guru-guru yang cara mengajarnya konservatif dan tidak kreatif. Keberhasilan sekolah tersebut pada output lebih disebabkan keunggulan dan minat siswa dan keluarganya untuk dapat berhasil lulus. Sedangkan peranan guru dalam keberhasilan siswanya relatif kecil.
Kemudian 1% adalah sekolah dengan kategori BEST PROCESS, yakni sekolah yang yang tidak menitik beratkan kepada prestasi kognitif siswa baru melainkan perhatian yaang baik terhadap proses pemebelajarannya. Beberapa ciri sekolah berkategori Best Process antara lain:
Ø  Sekolah ini tidak menerapkan tes masuk pada siswa barunya. Biasanya sekolah ini menggunakan sebuah perangkat riset untuk mengetahuai kondisi kemampuan siswa yang masuk ke sekolah tersebut. Perangkat ini dikenal dengan Multiple Intelligence Research (MIR) yang mampu mengetahui banyak dimensi kondisi kemampuan dan kekurangan siswa terutama tentang bagaimana gaya belajar siswa.
Ø  Sekolah dan guru pada sekolah ini akan mendapatkan sebuah kenyataan tentang kemampuan akademik dan moral siswa-siswa barunya sangat beragam. Sehingga hal ini merupakan tantangan bagi guru untuk mengubah menjadi ke arah positif. Akhirnya guru-guru di sekolah ini dituntut menjadi ”agen perubah” . Mengubah kondisi akademik dan moral siswa yang negatif menjadi positif. Dan tentunya guru-guru disekolah ini memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam proses pembelajarannya.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa sangat sedikit sekali (1%) sekolah yang memperhatikan proses, selebihnya 99% sekolah bertumpu pada kualitas kognitif siswa barunya. Sehingga paradigma tentang sekolah unggul harus segera dibenahi oleh semua pihak baik itu pemerintah, masyarakat, dan sekolah itu sendiri. Semoga***

Sabtu, 19 Maret 2011

MENGHIDUPKAN SEMANGAT PEMBELAJARAN YANG BERMAKNA DENGAN METAPHORMING

Oleh: Nur Arifah Drajati

Menjadi suatu pertanyaan besar bagi para pendidik bahwasanya kita mengalami kemandegan dalam system pembelajaran kita. Banyak siswa yang mengeluh adanya pelajaran yang luar biasa banyak dan semuanya menuntut tugas –tugas yang harus diselesaikan tepat waktu serta ujian-ujian yang tiada habisnya. Disisi lain adalah gerutu guru-guru yang tidak hanya mempersiapkan tugas, soal ujian serta tugas-tugas administrasi yang luar biasa banyaknya. Akhir dari satu cerita ini adalah suatu keputus asaan yang terus bertumpuk dan tiada batas yang kemudian terlupakan seiring dengan waktu.
Baik guru, siswa, dan juga pemegang keputusan yaitu para pimpinan sekolah mengalami hal yang sama yaitu bagaimana mencari kebermaknaan dalam suatu pembelajaran. Semua ahli di bidang pendidikan dan juga para psikolog mengatakan dan memastikan bahwa semua siswa memiliki potensi untuk menjadi seorang yang pandai atau jenius. Hanya bagaimana cara kita sebagai guru dapat menggali potensi mereka sehingga para siswa ini menjadi seseorang yang optimal dan mendapatkan manfaat dari proses belajar.
Disini guru dituntut untuk dapat memfasilitasi siswa sehingga mereka menjadi seorang yang jenius dan bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat disekitarnya. Satu proses yang harus dilalui dan metaforming adalah proses yang dapat dilalui dengan cara yang natural dimana para guru dapat mengoptimalkan kreativitas, menemukan dan mengkomunikasikan apa yang ada dalam pikiran mereka dengan komunikasi yang baik dan jelas kepada siswanya.
Kata metaforming adalah kata yang berasal dari kata Yunani yaitu meta dan phora yang memiliki makna tindakan yang mengubah sesuatu yang bermakna. Ini diawali dengan memindahkan makna baru dan mengasosiakan beberapa ide menjadi suatu ide yang baru. Dapat dikatakan bahwa metaphorming adalah suatu pemikiran yang mendalam dan kreatif. Inilah awal dari pemikiran yang jenius. Pemikiran ini memiliki tujuan yang riil dan bermanfaat yang menggunakan seluruh daya upaya semua organm tubuh kita sehingga menjadi suatu kesatuan yang mengarahkan kita menuju pemikiran yang essential . Pemikiran inilah yang akan membawa siswa menuju percepatan dalam berpikir, berkreasi, menemukan suatu hal yang baru, dan menghubungkan semua hal yang terlihat tidak berhubungan menjadi hal yang saling terkait dan pada akhirnya bermuara pada penyelesaian masalah. Pembelajaran ini akan meningkatkan dan memperkaya pengalaman belajar dan meningkatkan komunikasi baik antara guru-siswa, guru-guru, guru-pimpinan sekolah, dan kepala sekolah-siswa.
Kita lahir dengan kemampuan untuk berkreasi, menggali potensi, belajar, pencarian dan juga kemampuan untuk menemukan. Dan hanya beberapa orang yang bisa mentransform ide, pengetahuan, dan pengalaman mereka. Sering kita tidak menyadari kemampuan itu dan sering juga kita tidak tahu apa yang kita akan lakukan dengan kemampuan itu. Tanpa keberanian dan bimbingan, kita akan menyia-nyiakan kemampuan kita menuju pemikiran yang innovative dan kreatif. Konsekwensi dari sikap kita ini menjadi suatu hal yang menakutkan bagi kita atas pemikiran kita sendiri dan menghakimi diri kita sendiri sehingga menjadi manusia yang takut atas kreatifitasnya sendiri.
Dalam hati kecil kita mengatakan bahwa kita ingin memiliki ide-ide cemerlang dan memiliki pengalaman yang tidak terlupakan. Tetapi bagaimana cara kita dalam mengelola imaginasi kita menjadi suatu kenyataan?
Dengan metaphorming, kita coba untuk menggali siapa diri kita dengan ide-ide cemerlang kita. Ada 4 tahap dalam proses metaphorming yaitu connection (koneksi), discovery (penemuan), invention (penciptaan), dan application (aplikasi). Mari kita kupas satu-persatu 4 tahap metaphorming ini.
1. Connection (koneksi)
Koneksi yang dimaksud disini adalah menghubungakan dua atau lebih yang memiliki tujuan untuk memahami sesuatu. Berhubungan dengan metaforming, koneksi ini menggunakan berbagai macam bentuk dari perbandingan yaitu:metafora, analogi, cerita, legenda, simbol, dan hipotesis. Kita bisa menggunakan semua alat-alat ini untuk menghubungkan ide, pengetahuan dan pengalaman. Sebagai contohnya adalah pada saat Leonardo Da Vinci mengasosiakan pikirannya atas cabang atau ranting pohon dengan kanal yang didesainnya di Florence. Dia mengatakan bahwa sebuah kanal adalah seperti ranting pohon. Jika kita implementasikan kedalam pembelajaran adalah pelajaran bahasa Inggris akan berhubungan dengan pelajaran yang lainnya seperti teknologi, psikologi, atau bahkan bisa dihubungkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Dan jika kita mengupas satu mata pelajaran sebagai misal pelajaran matematika, geometri (bangun ruang), maka tema ini juga akan berhubungan dengan seni, bahasa, ekonomi, teknologi, fisika. Secara riil adalah pada saat belajar matematika, maka guru dapat menghubungkannya dengan materi lain sehingga siswa memiliki bayangan bahwa yang dipelajarinya adalah berhubungan juga dengan pelajaran lainnya. Sehingga guru dan siswa tidak akan terjebak ke dalam suatu kotak yang membatasi pikiran mereka. Justru, dari pemikiran koneksi inilah, baik guru dan siswa menjadi seorang yang kreatif.
2. Discovery (penemuan)
Suatu penemuan melibatkan pengamatan dan pengalaman. Penemuan ini akan mengarahkan seseorang untuk menemukan sesuatu dengan memanfaatkan lima panca inderanya yaitu mengamati, mendengarkan, merasakan, dan bahkan panca indera penciuman. Seorang Leonardo Da Vinci dalam mendesain kanal Florence memanfaatkan lima panca inderanya sehingga menjadi suatu imaginasi yang dituangkan dalam kenyataan. Dia menggambar kanal tersebut dengan segala kemungkinannya dan tidak takut jika terdapat kesalahan. Leonardo memikirkan alternative yang mungkin dilakukan untuk membangun kanal tersebut. Dengan gambaran yang telah dilakukan oleh Leonardo, dia dapat memahami bagaimana air mengalir di kanal tersebut.
Dalam suatu pembelajaran yang riil, guru dapat menggambarkan kearah mana pelajarannya akan dibawa, tujuan apa yang akan dicapai setelah proses koneksi atau menghubungkan telah dilakukan. Kearah mana siswa diajak untuk berpikir dan memiliki pengalaman untuk merasakan bahwa suatu pelajaran bermanfaat untuk dirinya. Sebagai misal adalah pada saat siswa belajar bahasa Inggris, guru akan mengarahkan bahwa tujuan akhir dari pelajaran ini adalah untuk komunikasi baik secara lisan ataupun tertulis. Tetapi bukan hanya itu. Seorang guru bahasa Inggris juga harus melakukan koneksi dengan pelajaran lain, misalnya sosiologi, seni, ekonomi, teknologi, ataupun juga fisika. Sehingga siswa memiliki pengalaman belajar yang bermakna dan berpikir bahwa tidak sia-sia dalam belajar bahasa Ingris.
3. Penciptaan
Suatu penciptaan adalah produk dari daya pikir kreasi. Hal ini tidak akan tercipta tanpa adanya suatu usaha. Secara umum, penemuan tumbuh dari suatu kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan suatu proses dalam melakukan sesuatu atau melakukan suatu komunikasi yang baru dan lebih efektif.
Suatu penemuan memerlukan suatu proses dari menghubungkan sesuatu dengan yang lain, dan juga memerlukan pengamatan yang dapat menghasilkan suatu produk. Sebagaimana contoh diatas, dari aktifitas Leonardo Da Vinci yang menghubungkan dan menemukan desain kanal Florence. Setelah itu, Leonarde menciptakan system pengairan dengan hidrolis untuk mengatur air di kanal tersebut.
4. Application (aplikasi)
Aplikasi adalah aktifitas yang mengarah pada produk yaitu hasil piker dan dapat juga dalam bentuk riil yaitu barang. Dari imaginasi, pengamatan, dan juga menemukan, maka Leonardo Da Vinci mengembangkan penciptaanya atas Kanal Florence dengan mengaplikasikan imaginasinya menjadi suatu sumber bagi pengembangan ilmu yang lain sebagai contohnya adalah adanya teori bentuk aliran air. Aplikasi ini akan mengalir terus seiring dengan kebutuhan manusia untuk memperoleh lkemudahan dalam melakukan sesuatu.
Dalam suatu pembelajaran dikenal adanya produk dari suatu hasil kreasi siswa. Disini guru dapat mengarahkan siswanya untuk menuliskan apa yang didapat dari pengetahuan, baik dari guru maupun dari buku-buku yang dibaca oleh siswa. Guru dapat mengarahkan siswanya untuk menuliskan summary dari berbagai buku dan mengarahkan siswa untuk mencari solusi atas masalah yang ada. Bagi guru yang dapat mengarahkan siswanya untuk dapat menghasilkan suatu produk, maka produk-produk tersebut dapat menjadi alat belajar juga bagi siswa lain. Sebagai misal adalah temuan alat belajar , kotak cerita, dan sebagainya. Siswa diarahkan untuk menjadi seorang yang siap menghadapi pendidikan abad 21, yaitu menjadi seorang yang memahami bagaimana komunikasi yang efektif, mengenal dan memanfaatkan teknologi, menjadi seorang yang siap bekerja dengan tim (teamwork), seorang yang kritis (critical thinking, dan pemecah masalah (problem solver). Dari sini, bukan hanya siswa tersebut yang memperoleh manfaatnya tetapi diharapkan juga siswa yang lain dapat belajar untuk berkreasi.
Sangat luar biasa sekali jika metaphorming ini dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah. Tidak hanya siswa yang dapat belajar tetapi guru juga dituntut untuk berkreasi untuk dapat membawa siswa-siswanya menjadi orang yang kreatif dan dapat mengembangkan diri menjadi pengamat dan seorang kreator. Dengan metaphorming ini diharapkan bahwa guru sebagai pendidik benar-benar menjadi seorang fasilitator yaitu mengarahkan dan mendidik siswa menjadi seorang yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan juga masyarakat disekitarnya.