Oleh: Nur Arifah Drajati
Menjadi
suatu pertanyaan besar bagi para pendidik bahwasanya kita mengalami
kemandegan dalam system pembelajaran kita. Banyak siswa yang mengeluh
adanya pelajaran yang luar biasa banyak dan semuanya menuntut tugas
–tugas yang harus diselesaikan tepat waktu serta ujian-ujian yang tiada
habisnya. Disisi lain adalah gerutu guru-guru yang tidak hanya
mempersiapkan tugas, soal ujian serta tugas-tugas administrasi yang luar
biasa banyaknya. Akhir dari satu cerita ini adalah suatu keputus asaan
yang terus bertumpuk dan tiada batas yang kemudian terlupakan seiring
dengan waktu.
Baik
guru, siswa, dan juga pemegang keputusan yaitu para pimpinan sekolah
mengalami hal yang sama yaitu bagaimana mencari kebermaknaan dalam suatu
pembelajaran. Semua ahli di bidang pendidikan dan juga
para psikolog mengatakan dan memastikan bahwa semua siswa memiliki
potensi untuk menjadi seorang yang pandai atau jenius. Hanya bagaimana
cara kita sebagai guru dapat menggali potensi mereka sehingga para siswa
ini menjadi seseorang yang optimal dan mendapatkan manfaat dari proses
belajar.
Disini
guru dituntut untuk dapat memfasilitasi siswa sehingga mereka menjadi
seorang yang jenius dan bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat
disekitarnya. Satu proses yang harus dilalui dan metaforming adalah
proses yang dapat dilalui dengan cara yang natural dimana para guru
dapat mengoptimalkan kreativitas, menemukan dan mengkomunikasikan apa
yang ada dalam pikiran mereka dengan komunikasi yang baik dan jelas
kepada siswanya.
Kata
metaforming adalah kata yang berasal dari kata Yunani yaitu meta dan
phora yang memiliki makna tindakan yang mengubah sesuatu yang bermakna.
Ini diawali dengan memindahkan makna baru dan mengasosiakan beberapa ide
menjadi suatu ide yang baru. Dapat dikatakan bahwa metaphorming adalah
suatu pemikiran yang mendalam dan kreatif. Inilah awal dari pemikiran
yang jenius. Pemikiran ini memiliki tujuan yang riil dan bermanfaat yang
menggunakan seluruh daya upaya semua organm tubuh kita sehingga menjadi
suatu kesatuan yang mengarahkan kita menuju pemikiran yang essential .
Pemikiran inilah yang akan membawa siswa menuju percepatan dalam
berpikir, berkreasi, menemukan suatu hal yang baru, dan menghubungkan
semua hal yang terlihat tidak berhubungan menjadi hal yang saling
terkait dan pada akhirnya bermuara pada penyelesaian masalah.
Pembelajaran ini akan meningkatkan dan memperkaya pengalaman belajar dan
meningkatkan komunikasi baik antara guru-siswa, guru-guru, guru-pimpinan sekolah, dan kepala sekolah-siswa.
Kita
lahir dengan kemampuan untuk berkreasi, menggali potensi, belajar,
pencarian dan juga kemampuan untuk menemukan. Dan hanya beberapa orang
yang bisa mentransform ide, pengetahuan, dan pengalaman
mereka. Sering kita tidak menyadari kemampuan itu dan sering juga kita
tidak tahu apa yang kita akan lakukan dengan kemampuan itu. Tanpa
keberanian dan bimbingan, kita akan menyia-nyiakan kemampuan kita menuju
pemikiran yang innovative dan kreatif. Konsekwensi dari sikap kita ini
menjadi suatu hal yang menakutkan bagi kita atas pemikiran kita sendiri
dan menghakimi diri kita sendiri sehingga menjadi manusia yang takut
atas kreatifitasnya sendiri.
Dalam
hati kecil kita mengatakan bahwa kita ingin memiliki ide-ide cemerlang
dan memiliki pengalaman yang tidak terlupakan. Tetapi bagaimana cara
kita dalam mengelola imaginasi kita menjadi suatu kenyataan?
Dengan
metaphorming, kita coba untuk menggali siapa diri kita dengan ide-ide
cemerlang kita. Ada 4 tahap dalam proses metaphorming yaitu connection
(koneksi), discovery (penemuan), invention (penciptaan), dan application
(aplikasi). Mari kita kupas satu-persatu 4 tahap metaphorming ini.
1. Connection (koneksi)
Koneksi
yang dimaksud disini adalah menghubungakan dua atau lebih yang memiliki
tujuan untuk memahami sesuatu. Berhubungan dengan metaforming, koneksi
ini menggunakan berbagai macam bentuk dari perbandingan yaitu:metafora,
analogi, cerita, legenda, simbol, dan hipotesis. Kita bisa menggunakan
semua alat-alat ini untuk menghubungkan ide, pengetahuan dan pengalaman.
Sebagai contohnya adalah pada saat Leonardo Da Vinci mengasosiakan
pikirannya atas cabang atau ranting pohon dengan kanal yang didesainnya
di Florence. Dia mengatakan bahwa sebuah kanal adalah seperti ranting
pohon. Jika kita implementasikan kedalam pembelajaran adalah pelajaran
bahasa Inggris akan berhubungan dengan pelajaran yang lainnya seperti
teknologi, psikologi, atau bahkan bisa dihubungkan dengan mata pelajaran
yang lainnya. Dan jika kita mengupas satu mata pelajaran sebagai misal
pelajaran matematika, geometri (bangun ruang), maka tema ini juga akan
berhubungan dengan seni, bahasa, ekonomi, teknologi, fisika. Secara riil
adalah pada saat belajar matematika, maka guru dapat menghubungkannya
dengan materi lain sehingga siswa memiliki bayangan bahwa yang
dipelajarinya adalah berhubungan juga dengan pelajaran lainnya. Sehingga
guru dan siswa tidak akan terjebak ke dalam suatu kotak yang membatasi
pikiran mereka. Justru, dari pemikiran koneksi inilah, baik guru dan
siswa menjadi seorang yang kreatif.
2. Discovery (penemuan)
Suatu
penemuan melibatkan pengamatan dan pengalaman. Penemuan ini akan
mengarahkan seseorang untuk menemukan sesuatu dengan memanfaatkan lima
panca inderanya yaitu mengamati, mendengarkan, merasakan, dan bahkan
panca indera penciuman. Seorang Leonardo Da Vinci dalam mendesain kanal
Florence memanfaatkan lima panca inderanya sehingga menjadi
suatu imaginasi yang dituangkan dalam kenyataan. Dia menggambar kanal
tersebut dengan segala kemungkinannya dan tidak takut jika terdapat
kesalahan. Leonardo memikirkan alternative yang mungkin dilakukan untuk
membangun kanal tersebut. Dengan gambaran yang telah dilakukan oleh
Leonardo, dia dapat memahami bagaimana air mengalir di kanal tersebut.
Dalam
suatu pembelajaran yang riil, guru dapat menggambarkan kearah mana
pelajarannya akan dibawa, tujuan apa yang akan dicapai setelah proses
koneksi atau menghubungkan telah dilakukan. Kearah mana siswa diajak
untuk berpikir dan memiliki pengalaman untuk merasakan bahwa suatu
pelajaran bermanfaat untuk dirinya. Sebagai misal adalah pada saat siswa
belajar bahasa Inggris, guru akan mengarahkan bahwa tujuan akhir dari
pelajaran ini adalah untuk komunikasi baik secara lisan ataupun
tertulis. Tetapi bukan hanya itu. Seorang guru bahasa Inggris juga harus
melakukan koneksi dengan pelajaran lain, misalnya sosiologi, seni,
ekonomi, teknologi, ataupun juga fisika. Sehingga siswa memiliki
pengalaman belajar yang bermakna dan berpikir bahwa tidak sia-sia dalam
belajar bahasa Ingris.
3. Penciptaan
Suatu
penciptaan adalah produk dari daya pikir kreasi. Hal ini tidak akan
tercipta tanpa adanya suatu usaha. Secara umum, penemuan tumbuh dari
suatu kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan suatu
proses dalam melakukan sesuatu atau melakukan suatu komunikasi yang baru
dan lebih efektif.
Suatu
penemuan memerlukan suatu proses dari menghubungkan sesuatu dengan yang
lain, dan juga memerlukan pengamatan yang dapat menghasilkan suatu
produk. Sebagaimana contoh diatas, dari aktifitas Leonardo Da Vinci yang
menghubungkan dan menemukan desain kanal Florence. Setelah itu,
Leonarde menciptakan system pengairan dengan hidrolis untuk mengatur air
di kanal tersebut.
4. Application (aplikasi)
Aplikasi
adalah aktifitas yang mengarah pada produk yaitu hasil piker dan dapat
juga dalam bentuk riil yaitu barang. Dari imaginasi, pengamatan, dan
juga menemukan, maka Leonardo Da Vinci mengembangkan penciptaanya atas
Kanal Florence dengan mengaplikasikan imaginasinya menjadi suatu sumber
bagi pengembangan ilmu yang lain sebagai contohnya adalah adanya teori
bentuk aliran air. Aplikasi ini akan mengalir terus seiring dengan
kebutuhan manusia untuk memperoleh lkemudahan dalam melakukan sesuatu.
Dalam
suatu pembelajaran dikenal adanya produk dari suatu hasil kreasi siswa.
Disini guru dapat mengarahkan siswanya untuk menuliskan apa yang
didapat dari pengetahuan, baik dari guru maupun dari buku-buku yang
dibaca oleh siswa. Guru dapat mengarahkan siswanya untuk menuliskan
summary dari berbagai buku dan mengarahkan siswa untuk mencari solusi
atas masalah yang ada. Bagi guru yang dapat mengarahkan siswanya untuk
dapat menghasilkan suatu produk, maka produk-produk tersebut dapat
menjadi alat belajar juga bagi siswa lain. Sebagai misal adalah temuan
alat belajar , kotak cerita, dan sebagainya. Siswa diarahkan untuk
menjadi seorang yang siap menghadapi pendidikan abad 21, yaitu menjadi
seorang yang memahami bagaimana komunikasi yang efektif, mengenal dan
memanfaatkan teknologi, menjadi seorang yang siap bekerja dengan tim
(teamwork), seorang yang kritis (critical thinking, dan pemecah masalah
(problem solver). Dari sini, bukan hanya siswa tersebut yang memperoleh
manfaatnya tetapi diharapkan juga siswa yang lain dapat belajar untuk
berkreasi.
Sangat
luar biasa sekali jika metaphorming ini dapat dilaksanakan di
sekolah-sekolah. Tidak hanya siswa yang dapat belajar tetapi guru juga
dituntut untuk berkreasi untuk dapat membawa siswa-siswanya menjadi
orang yang kreatif dan dapat mengembangkan diri menjadi pengamat dan seorang
kreator. Dengan metaphorming ini diharapkan bahwa guru sebagai pendidik
benar-benar menjadi seorang fasilitator yaitu mengarahkan dan mendidik
siswa menjadi seorang yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan juga
masyarakat disekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar