Minggu, 16 Januari 2011

Mengelola Perilaku Buruk Peserta Didik Yang Ringan Di Kelas


Mengelola Perilaku Buruk Peserta Didik Yang Ringan Di Kelas

Oleh: Irwan Safari, S.Pd (Guru SMPN 10 Bengkalis- Riau)


Dalam upaya meyukseskan keberhasilan dunia pendidikan, guru tidak hanya bertugas mentransfer informasi pengetahuan yang tertulis dalam buku-buku teks pelajaran saja. Lebih dari itu, seorang guru dituntut memiliki teaching skill atau kemampuan mengajar yang memadai, mempunyai strategi pengajaran yang tepat, dan mampu memberikan solusi bagi setiap permasalahan yang dihadapi anak didiknya untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif. Sebab proses pembelajaran yang berlangsung dalam lingkungan belajar yang efektif akan mampu membawa peserta didik kepada sebuah pembelajaran yang bermakna bagi keberlangsungan kehidupannya di masa yang akan datang.
Namun demikian, pada saat proses pembelajaran berlangsung adakalanya guru dihadapkan pada situasi-situasi yang diluar prediksi tentang perilaku peserta didiknya. Secara umum biasanya adalah gangguan yang relatif kecil untuk sebuah efektifitas proses pembelajaran, seperti berbicara diluar giliran, bangkit tanpa permisi, tidak berhasil mentaati prosedur kelas, keluar dari situasi pembelajaran dengan aktifitas individunya dan sebagainya. Masalah-masalah seperti ini pada prinsipnya lumrah untuk dipahami bagi seorang guru dalam menjalankan tugasnya mengelola pembelajaran di kelas. Namun bukan berarti guru bisa membiarkan dan cuek dengan situasi yang terjadi, yang secara tidak langsung apabila dibiarkan dalam waktu yang lama dan berkelanjutan akan memberikan dampak negatif terhadap capaian proses pembelajaran yang diinginkan.
Dalam mengatasi masalah buruk yang rutin, guru diminta berlaku bijak dalam membuat keputusan untuk sebuah tindakan yang dinilai paling tepat dan efisien. Sebab kesalahan dalam mengambil tindakan untuk merespon perilaku-perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran yang berlangsung tentunya akan mengganggu bahkan dapat merugikan peserta didik lain yang sedang menikmati proses pembelajaran tersebut. Apabila benar-benar memungkinkan, proses harus tetap berlangsung terus sambil setiap masalah perilaku yang buruk dapat diatasi. Untuk itu Evertson et al (2003) dalam Slavin (2009) mengemukakan strategi untuk mengatasi masalah perilaku buruk yang rutin sebagai berikut:
Pertama, Pencegahan; perilaku buruk peserta didik dapat dicegah dengan menyajikan pelajaran yang menarik dan hidup, menjelaskan peraturan dan prosedur kelas, mengupayakan siswa tetap sibuk dalam tugas-tugas yang bermakna, dan menggunakan teknik manajemen kelas yang efektif lainnya. Selain itu juga guru dapat menggubah isi pelajaran, menggunakan berbagai jenis bahan dan pendekatan, memperlihatkan humor dan antusiasme, dan menerapkan pembelajaran kerja sama atau pembelajaran yang berbasis proyek yang semuanya dapat mengurangi masalah perilaku buruk yang diakibatkan oleh kebosanan.
Kedua, Isyarat Nonverbal; guru dapat menghilangkan banyak perilaku buruk rutin di kelas tanpa memutus daya gerak pembelajaran melalui penggunaan isyarat non-verbal (nonverbal cue) sederhana. Misalnya kontak mata dengan peserta didik yang berperilaku buruk, bergerak menghampiri, tepukan ringan di bahu, dan sebagainya. Sebab isyarat nonverbal hanya mempunyai efek terhadap siswa yang berperilaku buruk tanpa mengganggu aliran konsentrasi bagi banyak orang lain.
Ketiga, Memuji perilaku yang bertentangan dengan perilaku buruk; pujian dapat menjadi sarana motivasi yang ampuh bagi peserta didik. Untuk mengurangi perilaku buruk bisa dilakukan dengan memastikan untuk memuji peserta didik atas perilaku yang bertentangan dengan perilaku buruk yang ingin dukurangi. Maksudnya, tangkaplah peserta didik dalam tindakan yang benar dan berikan pujian pada saat ada diantara mereka yang berperilaku buruk.
Keempat, Peringatan lisan; apabila isyarat dan pujian dirasakan mustahil atau tidak efisien, peringatan lisan sederhana dapat dijadikan pilihan untuk mengatasi masalah perilaku buruk peserta didik. Peringatan tersebut seharusnya diberikan langsung setelah peserta didik berperilaku buruk, sebab peringatan yang ditunda biasanya tidak akan efektif. Dan yang terpenting adalah peringatan tersebut menyatakan apa yang seharusnya dilakukan peserta didik, bukan membicarakan apa yang telah dilakukannya dengan keliru. Sebab kalimat peringatan positif akan mengkomunikasikan harapan yang lebih positif bagi perilaku masa depan peserta didik. Juga, peringatan seharusnya terfokus pada perilaku, bukan pada peserta didiknya.
Kelima, peringatan berulang; kadang-kadang peserta didik menguji ketetapan hati guru dengan tidak melakukan apa yang telah diminta dari mereka biasanya dengan berdalih ataupun membantah. Ujian ini akan hilang secara perlahan jika peserta didik belajar tentang gurunya yang bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan dan akan mengambil tindakan yang sesuai untuk menegakkan lingkungan kelas yang teratur dan produktif. Ketika peserta didik menolak untuk mentaati peringatan sederhana, selanjutnya bisa dilakukan dengan mengulangi peringatan tersebut dengan mengabaikan setiap dalih atau bantahan yang tidak relevan.
Keenam, Menerapkan konsekuensi; Konsekuensi adalah hukuman yang mesti diberikan kepada peserta didik yang tidak taat. Konsekuensi karena tidak mematuhi permintaan guru seharusnya sedikit tidak menyenangkan, berlangsung singkat, dan diterapkan sesegera mungkin  setelah terjadi perilaku buruk. Satu hal yang harus diingat oleh guru dalam menggunakan strategi ini bahwa kepastian jauh lebih baik dari pada kekejaman, karena kekejaman hanya akan melahirkan kebencian dalam diri peserta didik dan perilaku yang menyimpang. Konsekuensi yang ringan tetapi pasti mengkomunikasikan kepedulian terhadap peserta didik bahwa ia berhak memulai sesuatu yang baru setelah menerima konsekuensi dari perlaku buruknya.
Kemampuan seorang guru dalam mengelola perilaku buruk yang rutin akan bergantung pada situasi dan konteks perilaku yang terjadi. Sehingga dapat dilakukan dengan strategi yang tepat untuk proses pembelajaran yang bermakna dan produktif, memberikan kesan yang bermanfaat untuk masa depan peserta didik.    

Menjadi Guru Yang Sukses

Kesuksesan seorang guru bukan dilihat dari besarnya gaji yang diterima dan besarnya tunjangan yang diperoleh, namun berapa banyak siswa yang dapat berubah kearah yang lebih baik. Menjalankan profesi guru dari hati merupakan sebuah motivasi terbesar untuk menjalankan tugas sebagai seorang pendidik dengan tujuan menghantarkan peserta didik untuk meraih kesuksesan. Untuk menjadi seorang guru yang sukses ada beberapa hal yang mesti dilakukannya:
Pertama, Hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa; Guru adalah orang tua siswa disekolah. Keharmonisan hubungan antara guru dengan siswa akan memotivasi siswa untuk senang dengan gurunya. Kesenangan siswa terhadap seorang guru adalah langkah awal kesuksesan seorang guru. Sebagai seorang guru mesti berupaya untuk mengetahui keanekaragaman kecerdasan para siswa yang akhirnya berdampak pada keanekaragaman gaya belajar mereka. Kondisi ini menuntut guru tidak berhenti untuk belajar agar dapat melakukan inovasi dalam memenuhi gaya belajar siswa, dengan demikian hubungan antara guru dengan siswa akan semakin erat, karna siswa merasa kebutuhan cara belajar yang mereka kehendaki terpenuhi .
Kedua, Mengetahui tentang siswa; Siswa bodoh, siswa nakal, siswa rajin dan siswa pandai ini merupakan kalimat yang sering muncul apabila seorang guru ditanya apa yang mereka ketahui tentang siswa-siswanya. Mengetahui tentang siswa tidak terbatas pada mengetahui apa yang sering mereka lakukan di sekolah, karna guru tidak banyak tahu bagaimana kehidupan siswa di luar sekolah. Maka luangkan lah waktu untuk menyelami kehidupan siswa-siswa sehingga ini akan membantu guru bagaimana cara mengarahkan mereka kearah yang lebih baik. Tidaklah ilmiah seorang guru yang mengatakan siswa bodoh, siswa nakal bila tidak terlebih dahulu memahami banyak hal tentang siswa-siswanya.
Ketiga, Memiliki semangat pengabdian; Keikhlasan seorang guru untuk mengajar dan mendidik tanpa membatasi waktu hanya jam disekolah yaitu seorang guru yang selalu siap sedia kapan saja siswanya membutuhkan bimbingan dan arahannya. Keikhlasan seorang guru sebagai seorang pendidik dengan memberikan yang terbaik pada anak didiknya sebagai modal untuk meaih kesuksesan, maka kesuksesan menjadi seorang guru telah berada dalam genggaman.
Keempat, Penguasaan pengelolaan  ruang kelas; Ruang kelas adalah yang di dalamya akan dijumpai begitu banyak fonemena yang mengandung berbagai pelajaran tentang hidup dan pembentukan karakter siswa. Keanekaragaman tingkah laku siswa sesuatu yang sangat mengasikkan untuk diteliti dan dipahami. Isnawati (2010) menyatakan Untuk menjadi seorang guru yang sukses mesti mengetahui cara-cara yang tepat untuk mengelola ruang kelas dimana proses pembelajaran berlangsung. Mengelola ruang kelas tidak hanya memberikan teguran dan berbagai macam peringatan kepada siswa sewaktu siswa membuat keributan. Namun bagaimana mengkondisikan sebuah ruang kelas yang penuh semangat, aktif dan memiliki motivasi yang tinggi agar para siswa dapat mempelajari berbagai macam karakter dari manusia-manusia yang ada di dalamnya.
Kelima, Belajar adalah kebutuhan; Belajar seumur hidup mesti menjadi semboyan yang dimiliki seluruh guru. Perubahan zaman yang juga berdampak pada perubahan cara siswa dalam menerima pembelajaran menuntut guru untuk terus melakukan inovasi dalam pembelajaran. tidak sedikit siswa yang bolos dari sekolah dengan alasan jenuh dengan gaya belajar guru. Seorang guru yang baru berumur 50 tahun tidak membaca buku dengan alasan tidak memiliki kemampuan lagi menerima apa yang dibaca merupakan salah satu penyebab kegagalan pendidikan. Karena menganggap mengajar hanyalah sebuah rutinitas yang mesti diselesaikan. Siswa-siswa berhak mendapatkan lebih dari gurunya mereka berhak mendapatkan hal yang paling berarti dalam hidup mereka melalui kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan bersama guru disekolah.