Sudah lama sekali blog ini tidak kubuka dan melakukan postingan. Alhamdulillah malam ini atas izin Allah aku dapat kembali bermanjaan dengan keyboard dan menggoreskan laman blog ini.
Irwan Safari
Dapatkan Rahasia Apa yang Dituliskan Embun pada Dedaunan sebelum Mentari menghapusnya
Rabu, 21 Januari 2015
Selasa, 25 September 2012
Mengelola Majalah Dinding Sekolah
Sekolah merupakan instansi yang berperan penting dalam mengembangkan dan menumbuhkan kreatifitas siswa. Untuk itu segala aktivitas dan kegiatan yang berlangsung disekolah sedapat mungkin mengarah kepada pembangunan kreatifitas tersebut. Salah satunya adalah dengan mengelola Majalah Dinding (Mading) di sekolah.
Mading merupakan sarana berkembangnya kreatifitas peserta didik di sekolah. meskipun secara umum mading itu sama fungsi dengan media lain baik itu media cetak mapun elektronik. Namun mading memiliki fungsi tersendiri khususnya bagi kreatifitas peserta didik.
Peserta didik memerlukan wadah untuk meluapkan energi mereka untuk berkreasi. Mading merupakan wadah yang tepat untuk itu. Melalui kegiatan pengelolaan mading di sekolah, nilai karakter yang dituntut juga dapat secara tidak langsung akan tumbuh dalam diri peserta didik. Selain itu satu hal yang sangat penting juga bahwa mealui mading peserta didik juga dapat dilatih untuk berwira-usaha.
Mading merupakan sarana berkembangnya kreatifitas peserta didik di sekolah. meskipun secara umum mading itu sama fungsi dengan media lain baik itu media cetak mapun elektronik. Namun mading memiliki fungsi tersendiri khususnya bagi kreatifitas peserta didik.
Peserta didik memerlukan wadah untuk meluapkan energi mereka untuk berkreasi. Mading merupakan wadah yang tepat untuk itu. Melalui kegiatan pengelolaan mading di sekolah, nilai karakter yang dituntut juga dapat secara tidak langsung akan tumbuh dalam diri peserta didik. Selain itu satu hal yang sangat penting juga bahwa mealui mading peserta didik juga dapat dilatih untuk berwira-usaha.
Sabtu, 15 Oktober 2011
Visi, Misi, Core values dan Core Beliefs
Dalam perncanaan strategis organisasi perumusan visi, misi dan nilai merupakan hal yang pertama harus dilakukan.
Visi adalah pernyataan yang merupakan sarana untuk mengkominikasikan alasan keberadaan organisasi dalam arti tujuan dan tugas pokok, memperlihatkan framework hubungan antara organisasi dengan stakeholder, dan menyatakan sasaran utama knerja organisasi dalam arti pertumbuhan dan perkembangan organisasi. Visi bukan fakta saat ini akan tetapi pandangan tentang masa depan yang ingin diwujudkan. Visi dapat memberikan arahan dorongan anggota organisasi untuk menunjukkan kinerja yang baik. Visi juga harus dapat menimbulkan inspirasi, menjembatani masa kini dan masa yang akan datang, merupakan gambaran yang realistik dan kredibel dengan masa depan yang menarik dan sifatnya statis dan tidak untuk selamanya.
Misi adalah jalan pilihan (the chosen track) suatu organisasi untuk menyediakan produk/jasa bagi customer-nya. Perumusan misi adalah suatu upaya untuk menentukan peta perjalanan suatu organisasi, sehingga organisasi tersebut memiiki arah yang jelas dalalam mencapai tujuannya. Dengan memiliki misi, organisasi dapat eksis dan bertahan serta dapat melakukakan perkembangan.
Visi adalah pernyataan yang merupakan sarana untuk mengkominikasikan alasan keberadaan organisasi dalam arti tujuan dan tugas pokok, memperlihatkan framework hubungan antara organisasi dengan stakeholder, dan menyatakan sasaran utama knerja organisasi dalam arti pertumbuhan dan perkembangan organisasi. Visi bukan fakta saat ini akan tetapi pandangan tentang masa depan yang ingin diwujudkan. Visi dapat memberikan arahan dorongan anggota organisasi untuk menunjukkan kinerja yang baik. Visi juga harus dapat menimbulkan inspirasi, menjembatani masa kini dan masa yang akan datang, merupakan gambaran yang realistik dan kredibel dengan masa depan yang menarik dan sifatnya statis dan tidak untuk selamanya.
Misi adalah jalan pilihan (the chosen track) suatu organisasi untuk menyediakan produk/jasa bagi customer-nya. Perumusan misi adalah suatu upaya untuk menentukan peta perjalanan suatu organisasi, sehingga organisasi tersebut memiiki arah yang jelas dalalam mencapai tujuannya. Dengan memiliki misi, organisasi dapat eksis dan bertahan serta dapat melakukakan perkembangan.
Filosofi atau core beliefes adalah keyakinan tentang kebenaran visi dan kebenaran
jalan yang dipilih untuk mewujudkan visi. Sedangkan core values adalah nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh
organisasi dalam perjalanan mewujudkan visi. Core Values memberikan batasan dalam pemilihan cara-cara yang
ditempuh dalam perjalanan mewujudkan visi. Core
Values membentuk perilaku yang diharapkan dari anggota organisasi dalam
perjalanan mewujudkan visi organisasi.
Hubungan
antara Visi, Misi, Core beliefs
(Filosofi), dan Core Values.
Hubungan
antara visi, misi, filosofi atau core
beliefs, dan core values dapat
dideskripsikan melalui bagan berikut:
|
Sebuah organisasi memerlukan Misi, Visi,
Core Values, dan core values untuk memfokuskan semua kegiatan organisasi,
sehingga menjadikan organisasi berjalan efektif dengan alasan sebagai berikut:
1.
Terjadinya
perubahan atas perubahan.
2.
Adanya
kecendrungan orang kembali ke dasar, prinsip, atau ke alam.
3.
Langkah
awal penting dalam strategic management.
4.
Pemusatan
seluruh Sumber daya Organisasi ke perwujudan kondisi yang digambarkan dalam
visi.
5.
Pengefektivan
sistem pengendalian manajemen dengan menanamkan unsur pengendalian ke dalam
diri personal.
Bagaimana
merumuskan Misi?
Misi dirumuskan dengan cara mencari
jawaban atas pertanyaan berikut:
1.
Bagaimana
asumsi terhadap lingkungan yang akan dilayani oleh organisasi?
2.
Kebutuhan
apa yang kita penuhi?
3.
Siapa
Customer kita?
4.
Dalam
bisnis apa kita berada?
5.
Apa
yang terbaik kita lakukan dalam bisnis tersebut?
Bagaimana
merumuskan Visi?
Untuk merumuskan visi, diperlukan
kemampuan sebagai berikut:
1.
Trend wacthing, adalah
kemampuan mengamati trend perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang.
2.
Envisioning, kemampuan
merumuskan visi berdasarkan hasil pengamatan terhadap trend perubahan yang akan
terjadi dimasa yang akan datang. Pada dasarnya envisioning merupakan kemampuan
menggambarkan perubahan yang akan diwujudkan dimasa yang akan datang.
Bagaimana
merumuskan Core Beliefs dan Core Values?
Core
beliefs
dirumuskan dengan menggali informasi yang memperkuat kebenaran visi yang telah
dirumuskan dan kebenaran tentang perjalanan untuk mewujudkann visi tersebut.
Sementara itu core values merupakan
karakter baik yang terdapat dalam diri setiap manusia. Sehingga perumusan core values dalam suatu organisasi pada
dasarnya adalah “rediscovery”
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh anggota organisasi pada umumnya, dan
penekanannya untuk memberi warna pada perilaku mereka dalam perjalanan mewujudkan
visi.
Minggu, 15 Mei 2011
Sekolah Unggul
Oleh Irwan Safari
Guru SMPN 10
Bengkalis
Mahasiswa S2
Manajemen Pendidikan
Universitas Riau
Pendidikan
adalah aset bangsa yang tidak ternilai harganya dalam kelangsungan pembangunan
yang berkesinambungan menuju masyarakat yang madani. Sehingga kemajuan suatu
bangsa konon dapat diukur dari kemajuan pendidikan yang ada pada bangsa
tersebut. Karena melalui aspek inilah generasi penerus yang berkualitas (Sumber
Daya Manusia) dibentuk sebagai pemegang estafet pembangunan dan penentu arah
bangsa kearah yang lebih baik.
Namun
dalam perkembangannya dunia pendidikan kita masih menampakkan berbagai gejala yang
kurang baik sebagaimana yang diharapkan. Beberapa diantaranya adalah tentang
pelaksanaan UjianNasional (UN). Masih tersiar kabar tentang UN yang tidak
bersih dan jujur. Diberbagai daerah ditemukan kebocoran-kebocoran soal UN
dengan melibatkan oknum-oknum tertentu, bahkan tidak tertutup kemungkinan
keterlibatan para guru dengan segala bentuk kecurangan dalam mengejar target
kelulusan. Dan masalah yang kedua adalah tentang pemahaman terhadap sekolah
unggul atau biasa dikenal dengan istilah sekolah favorit.
Pemahaman
terhadap sekolah unggul yang menjadi fokus pembahasan tulisan ini adalah
sebagaimana kita melihat dan bahkan mungkin mengalami sendiri begitu besarnya
antusiasme masyarakat untuk mengantarkan anak-anak mereka kesekolah- sekolah
yang berlabel unggul seperti SBI, RSBI atau sekolah favorit lainnya. Persaingan
yang sangat ketat sepertinya menjadi keasyikan tersendiri dalam memilih sekolah
tempat generasi bangsa ini dididik. Tingginya biaya yang harus dikeluarkan
tidak menjadi masalah, asalkan anaknya dapat bersekolah di sekolah unggul.
Pada
dasarnya indikator sebuah sekolah ditentukan oleh tiga aspek yaitu Input, Process, dan Output. Dengan kata lain dalam memilih sekolah ketiga aspek
tersebut mesti menjadi acuan dalam mengambil keputusan. Terlebih lagi pada
aspek Process, ini harus benar-benar
secara bijak dilihat. Sebab proses pembelajaran yang dilakukan sangat dominan
terhadap kualitas Output nya.
Dalam
sebuah penelitian yang dilakukan oleh Munif Chatib (Penulis buku Sekolahnya
Manusia) berkerjasama dengan Tom J. Parkins (Mahasiswa Doktoral Harvard
University) pada tahun 2001 diuraikan sebuah temuan yang memprihatinkan tentang
keberadaan sekolah unggul di Indonesia. Menurut Parkins 99% sekolah di
Indonesia menganut BEST INPUT, yakni sekolah yang menitik beratkan pada
penerimaan siswa baru dengan kriteria penyaringan terhadap kemampuan kognitif
siswanya. Sekolah yang seperti ini pada umumnya diakui sebagai sekolah unggul
atau favorit. Ciri-ciri sekolah yang menganut konsep ”BEST INPUT” adalah sebagai
berikut:
·
Menerapkan tes masuk kepada siswa-siswa yang
akan mendaftar ke sekolah tersebut. Tes masuk ini bahkan menilai kemampuan
akademik siswa dan moral siswa. Diharapkan siswa yang diterima adalah siswa-
siswa yang mempunyai nilai akademik positif (baca: pandai) dan moral positif
(baca: baik, tidak nakal).
·
Apabila jumlah siswa yang mendaftar melebihi
jumlah kapasitas sekolah, maka siswa yang berhasil diterima adalah hasil sortir
dari nilai tes masuk yang tertinggi sampai sebatas jumlah kapasitas yang
tersedia. Sedangkan siswa-siswa yang nilainya tidak masuk atau lebih dari
kapasitas sekolah tersebut maka dianggap tidak berhasil diterima di sekolah
tersebut.
·
Biasanya sekolah tersebut tidak lagi menganggap
perlu tahap proses pembelajaran. Terutama para guru sudah merasa cukup mengajar
biasa-biasa saja sebab kebanyakan siswanya pandai-pandai. Biasanya sekolah
tersebut mempunyai guru-guru yang cara mengajarnya konservatif dan tidak
kreatif. Keberhasilan sekolah tersebut pada output lebih disebabkan keunggulan
dan minat siswa dan keluarganya untuk dapat berhasil lulus. Sedangkan peranan
guru dalam keberhasilan siswanya relatif kecil.
Kemudian 1%
adalah sekolah dengan kategori BEST PROCESS, yakni sekolah yang yang tidak
menitik beratkan kepada prestasi kognitif siswa baru melainkan perhatian yaang
baik terhadap proses pemebelajarannya. Beberapa ciri sekolah berkategori Best Process antara lain:
Ø
Sekolah ini tidak menerapkan tes masuk pada
siswa barunya. Biasanya sekolah ini menggunakan sebuah perangkat riset untuk
mengetahuai kondisi kemampuan siswa yang masuk ke sekolah tersebut. Perangkat
ini dikenal dengan Multiple Intelligence Research (MIR) yang mampu mengetahui
banyak dimensi kondisi kemampuan dan kekurangan siswa terutama tentang
bagaimana gaya belajar siswa.
Ø
Sekolah dan guru pada sekolah ini akan
mendapatkan sebuah kenyataan tentang kemampuan akademik dan moral siswa-siswa
barunya sangat beragam. Sehingga hal ini merupakan tantangan bagi guru untuk mengubah
menjadi ke arah positif. Akhirnya guru-guru di sekolah ini dituntut menjadi
”agen perubah” . Mengubah kondisi akademik dan moral siswa yang negatif menjadi
positif. Dan tentunya guru-guru disekolah ini memiliki kreativitas dan inovasi
yang tinggi dalam proses pembelajarannya.
Dengan
demikian dapat dilihat bahwa sangat sedikit sekali (1%) sekolah yang
memperhatikan proses, selebihnya 99% sekolah bertumpu pada kualitas kognitif
siswa barunya. Sehingga paradigma tentang sekolah unggul harus segera dibenahi
oleh semua pihak baik itu pemerintah, masyarakat, dan sekolah itu sendiri.
Semoga***
Sabtu, 19 Maret 2011
MENGHIDUPKAN SEMANGAT PEMBELAJARAN YANG BERMAKNA DENGAN METAPHORMING
Oleh: Nur Arifah Drajati
Menjadi
suatu pertanyaan besar bagi para pendidik bahwasanya kita mengalami
kemandegan dalam system pembelajaran kita. Banyak siswa yang mengeluh
adanya pelajaran yang luar biasa banyak dan semuanya menuntut tugas
–tugas yang harus diselesaikan tepat waktu serta ujian-ujian yang tiada
habisnya. Disisi lain adalah gerutu guru-guru yang tidak hanya
mempersiapkan tugas, soal ujian serta tugas-tugas administrasi yang luar
biasa banyaknya. Akhir dari satu cerita ini adalah suatu keputus asaan
yang terus bertumpuk dan tiada batas yang kemudian terlupakan seiring
dengan waktu.
Baik
guru, siswa, dan juga pemegang keputusan yaitu para pimpinan sekolah
mengalami hal yang sama yaitu bagaimana mencari kebermaknaan dalam suatu
pembelajaran. Semua ahli di bidang pendidikan dan juga
para psikolog mengatakan dan memastikan bahwa semua siswa memiliki
potensi untuk menjadi seorang yang pandai atau jenius. Hanya bagaimana
cara kita sebagai guru dapat menggali potensi mereka sehingga para siswa
ini menjadi seseorang yang optimal dan mendapatkan manfaat dari proses
belajar.
Disini
guru dituntut untuk dapat memfasilitasi siswa sehingga mereka menjadi
seorang yang jenius dan bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat
disekitarnya. Satu proses yang harus dilalui dan metaforming adalah
proses yang dapat dilalui dengan cara yang natural dimana para guru
dapat mengoptimalkan kreativitas, menemukan dan mengkomunikasikan apa
yang ada dalam pikiran mereka dengan komunikasi yang baik dan jelas
kepada siswanya.
Kata
metaforming adalah kata yang berasal dari kata Yunani yaitu meta dan
phora yang memiliki makna tindakan yang mengubah sesuatu yang bermakna.
Ini diawali dengan memindahkan makna baru dan mengasosiakan beberapa ide
menjadi suatu ide yang baru. Dapat dikatakan bahwa metaphorming adalah
suatu pemikiran yang mendalam dan kreatif. Inilah awal dari pemikiran
yang jenius. Pemikiran ini memiliki tujuan yang riil dan bermanfaat yang
menggunakan seluruh daya upaya semua organm tubuh kita sehingga menjadi
suatu kesatuan yang mengarahkan kita menuju pemikiran yang essential .
Pemikiran inilah yang akan membawa siswa menuju percepatan dalam
berpikir, berkreasi, menemukan suatu hal yang baru, dan menghubungkan
semua hal yang terlihat tidak berhubungan menjadi hal yang saling
terkait dan pada akhirnya bermuara pada penyelesaian masalah.
Pembelajaran ini akan meningkatkan dan memperkaya pengalaman belajar dan
meningkatkan komunikasi baik antara guru-siswa, guru-guru, guru-pimpinan sekolah, dan kepala sekolah-siswa.
Kita
lahir dengan kemampuan untuk berkreasi, menggali potensi, belajar,
pencarian dan juga kemampuan untuk menemukan. Dan hanya beberapa orang
yang bisa mentransform ide, pengetahuan, dan pengalaman
mereka. Sering kita tidak menyadari kemampuan itu dan sering juga kita
tidak tahu apa yang kita akan lakukan dengan kemampuan itu. Tanpa
keberanian dan bimbingan, kita akan menyia-nyiakan kemampuan kita menuju
pemikiran yang innovative dan kreatif. Konsekwensi dari sikap kita ini
menjadi suatu hal yang menakutkan bagi kita atas pemikiran kita sendiri
dan menghakimi diri kita sendiri sehingga menjadi manusia yang takut
atas kreatifitasnya sendiri.
Dalam
hati kecil kita mengatakan bahwa kita ingin memiliki ide-ide cemerlang
dan memiliki pengalaman yang tidak terlupakan. Tetapi bagaimana cara
kita dalam mengelola imaginasi kita menjadi suatu kenyataan?
Dengan
metaphorming, kita coba untuk menggali siapa diri kita dengan ide-ide
cemerlang kita. Ada 4 tahap dalam proses metaphorming yaitu connection
(koneksi), discovery (penemuan), invention (penciptaan), dan application
(aplikasi). Mari kita kupas satu-persatu 4 tahap metaphorming ini.
1. Connection (koneksi)
Koneksi
yang dimaksud disini adalah menghubungakan dua atau lebih yang memiliki
tujuan untuk memahami sesuatu. Berhubungan dengan metaforming, koneksi
ini menggunakan berbagai macam bentuk dari perbandingan yaitu:metafora,
analogi, cerita, legenda, simbol, dan hipotesis. Kita bisa menggunakan
semua alat-alat ini untuk menghubungkan ide, pengetahuan dan pengalaman.
Sebagai contohnya adalah pada saat Leonardo Da Vinci mengasosiakan
pikirannya atas cabang atau ranting pohon dengan kanal yang didesainnya
di Florence. Dia mengatakan bahwa sebuah kanal adalah seperti ranting
pohon. Jika kita implementasikan kedalam pembelajaran adalah pelajaran
bahasa Inggris akan berhubungan dengan pelajaran yang lainnya seperti
teknologi, psikologi, atau bahkan bisa dihubungkan dengan mata pelajaran
yang lainnya. Dan jika kita mengupas satu mata pelajaran sebagai misal
pelajaran matematika, geometri (bangun ruang), maka tema ini juga akan
berhubungan dengan seni, bahasa, ekonomi, teknologi, fisika. Secara riil
adalah pada saat belajar matematika, maka guru dapat menghubungkannya
dengan materi lain sehingga siswa memiliki bayangan bahwa yang
dipelajarinya adalah berhubungan juga dengan pelajaran lainnya. Sehingga
guru dan siswa tidak akan terjebak ke dalam suatu kotak yang membatasi
pikiran mereka. Justru, dari pemikiran koneksi inilah, baik guru dan
siswa menjadi seorang yang kreatif.
2. Discovery (penemuan)
Suatu
penemuan melibatkan pengamatan dan pengalaman. Penemuan ini akan
mengarahkan seseorang untuk menemukan sesuatu dengan memanfaatkan lima
panca inderanya yaitu mengamati, mendengarkan, merasakan, dan bahkan
panca indera penciuman. Seorang Leonardo Da Vinci dalam mendesain kanal
Florence memanfaatkan lima panca inderanya sehingga menjadi
suatu imaginasi yang dituangkan dalam kenyataan. Dia menggambar kanal
tersebut dengan segala kemungkinannya dan tidak takut jika terdapat
kesalahan. Leonardo memikirkan alternative yang mungkin dilakukan untuk
membangun kanal tersebut. Dengan gambaran yang telah dilakukan oleh
Leonardo, dia dapat memahami bagaimana air mengalir di kanal tersebut.
Dalam
suatu pembelajaran yang riil, guru dapat menggambarkan kearah mana
pelajarannya akan dibawa, tujuan apa yang akan dicapai setelah proses
koneksi atau menghubungkan telah dilakukan. Kearah mana siswa diajak
untuk berpikir dan memiliki pengalaman untuk merasakan bahwa suatu
pelajaran bermanfaat untuk dirinya. Sebagai misal adalah pada saat siswa
belajar bahasa Inggris, guru akan mengarahkan bahwa tujuan akhir dari
pelajaran ini adalah untuk komunikasi baik secara lisan ataupun
tertulis. Tetapi bukan hanya itu. Seorang guru bahasa Inggris juga harus
melakukan koneksi dengan pelajaran lain, misalnya sosiologi, seni,
ekonomi, teknologi, ataupun juga fisika. Sehingga siswa memiliki
pengalaman belajar yang bermakna dan berpikir bahwa tidak sia-sia dalam
belajar bahasa Ingris.
3. Penciptaan
Suatu
penciptaan adalah produk dari daya pikir kreasi. Hal ini tidak akan
tercipta tanpa adanya suatu usaha. Secara umum, penemuan tumbuh dari
suatu kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan suatu
proses dalam melakukan sesuatu atau melakukan suatu komunikasi yang baru
dan lebih efektif.
Suatu
penemuan memerlukan suatu proses dari menghubungkan sesuatu dengan yang
lain, dan juga memerlukan pengamatan yang dapat menghasilkan suatu
produk. Sebagaimana contoh diatas, dari aktifitas Leonardo Da Vinci yang
menghubungkan dan menemukan desain kanal Florence. Setelah itu,
Leonarde menciptakan system pengairan dengan hidrolis untuk mengatur air
di kanal tersebut.
4. Application (aplikasi)
Aplikasi
adalah aktifitas yang mengarah pada produk yaitu hasil piker dan dapat
juga dalam bentuk riil yaitu barang. Dari imaginasi, pengamatan, dan
juga menemukan, maka Leonardo Da Vinci mengembangkan penciptaanya atas
Kanal Florence dengan mengaplikasikan imaginasinya menjadi suatu sumber
bagi pengembangan ilmu yang lain sebagai contohnya adalah adanya teori
bentuk aliran air. Aplikasi ini akan mengalir terus seiring dengan
kebutuhan manusia untuk memperoleh lkemudahan dalam melakukan sesuatu.
Dalam
suatu pembelajaran dikenal adanya produk dari suatu hasil kreasi siswa.
Disini guru dapat mengarahkan siswanya untuk menuliskan apa yang
didapat dari pengetahuan, baik dari guru maupun dari buku-buku yang
dibaca oleh siswa. Guru dapat mengarahkan siswanya untuk menuliskan
summary dari berbagai buku dan mengarahkan siswa untuk mencari solusi
atas masalah yang ada. Bagi guru yang dapat mengarahkan siswanya untuk
dapat menghasilkan suatu produk, maka produk-produk tersebut dapat
menjadi alat belajar juga bagi siswa lain. Sebagai misal adalah temuan
alat belajar , kotak cerita, dan sebagainya. Siswa diarahkan untuk
menjadi seorang yang siap menghadapi pendidikan abad 21, yaitu menjadi
seorang yang memahami bagaimana komunikasi yang efektif, mengenal dan
memanfaatkan teknologi, menjadi seorang yang siap bekerja dengan tim
(teamwork), seorang yang kritis (critical thinking, dan pemecah masalah
(problem solver). Dari sini, bukan hanya siswa tersebut yang memperoleh
manfaatnya tetapi diharapkan juga siswa yang lain dapat belajar untuk
berkreasi.
Sangat
luar biasa sekali jika metaphorming ini dapat dilaksanakan di
sekolah-sekolah. Tidak hanya siswa yang dapat belajar tetapi guru juga
dituntut untuk berkreasi untuk dapat membawa siswa-siswanya menjadi
orang yang kreatif dan dapat mengembangkan diri menjadi pengamat dan seorang
kreator. Dengan metaphorming ini diharapkan bahwa guru sebagai pendidik
benar-benar menjadi seorang fasilitator yaitu mengarahkan dan mendidik
siswa menjadi seorang yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan juga
masyarakat disekitarnya.
Langganan:
Postingan (Atom)